Powered by Blogger.

BELAJAR DARI PARTAI MASYUMI












BELAJAR DARI PARTAI MASYUMI

Oleh : Septian Nugroho


Partai Masyumi adalah partai Islam yang memiliki catatan sejarah gemilang pada dimulainya era multipartai dalam pemilu 1955 dinegri ini. Pemilu 1955 adalah pemilu pertama dalam sejarah Indonesia, dan tercatat sebagai pemilu paling jujur dan adil, menempatkan Partai Masyumi yang ketika itu baru lima tahun berdiri (1945 ), mampu menjadi tiga besar partai politik yang mendapatkan dukungan dari rakyat. Partai yang didirikan oleh Muahammad Natsir dkk ini mempunyai platform perjuangan yang jelas dan tegas

Para pendiri partai ini adalah tokoh – tokoh bangsa yang dikenal memiliki gaasan yang cemerlang, mempunyai daya juang yang kuat , dan hidup sederhana. Mereka adalah orang – orang pergerakan yang hidup dalam lingkungan pendidikan yang modern. Namun juga menimba ilmu dengan para ulama yang alim. Para aktivis Partai Masyumi menjadikan identitas Islam sebagai ruh perjuangan, namun bukan berarti mereka melakukan politik dikriminasi terhadap kepentingan agama lain. Partai Masyumi menjadikan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta, yang mampu melindungi kelompok lain, menerapkan keadilan dan kesejahteraan yang merata, serta bersama – sama menciptakan negri yang “ baldatun thayyibatun wa Robbun gahfur” (negri yang dilimpahi kebaikan dan ampunan dari tuhan ).



Partai Masyumi menjadikan basis masa, kader, anggota, dan simpatisan sebagai kekuatan yang menggerakan mesin poltik mereka diberbagi daerah. Berbeda dengan partai lain yang menjadikan uang sebagai kekuatan, sehingga melakukan politik transaksional dengan membeli suara rakyat. Karena mengandalkan kekuatan berbasis masa, maka Masyumi tak perlu khawatir dalam menghadapi minimnya pendanaan ketika menghadapi pemilu pada 1955. Dengan sukarela, rakyat sudah mencintai platform partai ini bergerak ke bilik – bilik suara untuk memberikan dukungan kepada partai ini.

Dengan basis yang kuat, pada pemilu 1955, sepuluh tahun sejak Partai Masyumi didirikan, partai ini mampu meraup suara 20,9 % atau 7,9 juta suara. Masyumi berada diutusan kedua setelah Partai Nasional Indonesia ( PNI ) dengan 22,3 % suara. Seandainya Nadhwatul Ulama tidak memisahkan diri dari Masyumi pada 1952. Dan mendirikan partai NU, maka tentu partai Masyumi mendapat suara yang cukup besar. Maka tentu Masyumi mendapat suara cukup besar. Karena pada pemilu 1955, Partai NU mendapat suara 18,4 % suara. Jika saja NU masih bergabung dengan Masyumi, maka perolehan suara partai ini hamper mencapai 50 % !. Partai Masyumi hanya diberikan kesempatan sekali untuk ikut dalam pemilu, karena pada tahun ini 1960, partai ini ditekan oleh rezim Soekarno untuk membubarkan diri.



Meski Partai Masyumi kini menjadi kenangan sejarah, namun keteladanan perjuangan, sikap hidup para tokohnya, dan gagasan – gagasan yang diusungnya, patut menjadi contoh bagi partai – partai Islam. Keteladanan mereka harus dihidupkan kembali, ditengah lunturnya kepercayaan masyrakat terhadap politisi dan partai. Ide dan gagasan – gagasan mmereka harus dilanjutkan oleh partai – partai Islam yang saat ini bertarung dalam gelanggang politik

Partai Masyumi mengajarkan bahwa politik bukan semata – mata mengajar kekuasaan dan jabatan, tetapi lebih dari itu, politik adalah cara mengatur individu, masyarakat dan Negara dalam sebuah sistem yang menciptakan keadilan dan kesejahteraan yang merata. Para aktivis partai Masyumi membuktikan bahwa politik tak selamnya kotor, karena politik adalah wadah yang tergantung pada siapa yang mengisi didalamnya. 

0 comments:

Post a Comment